Oleh : Bambang Haryanto
Email : jip80fsui (at) gmail.com
“Dudu sanak dudu kadang. Yen mati melu kelangan.”
Bukan kerabat, bukan saudara. Bila meninggal, ikut merasa kehilangan.
Jaringan toko buku Borders di Wheelock Place, pojok perempatan Orchard Road dan Patterson Road, Singapura, telah tutup untuk selamanya pada tanggal 3 September 2011 yang lalu.
Ada sepotong hati ini yang ikut hilang.
Artikel ini saya pajang di blog saya Buku-Buku Dalam Kehidupanku, 15/9/2011. Ternyata sekitar sebulan kemudian saya memperoleh email dari teman kuliah saya di tahun 1980. Gustina Sofia dari Bogor. Ia menulis :
"Mas Bambang,
Apa kabar, aku baca posting mu terbaru berjudul "Toko Buku Borders Dalam Kenangan". Saya juga merasa kehilangan, walaupun jarang-jarang kesana.
Terakhir ke toko itu 29 Mei 2011 dan dapat hadiah "tas kresek hitam" dengan tulisan "borders". Rupanya itu menjadi hadiah yang berkesan.
Btw, hari Rabu 28 September saya ke Wonogiri, sayang nggak sempat kontak dulu. Pertama kali ke Wonogiri, ternyata dekat ya dari Solo, TANPA MACET, he3.
Terima kasih dan selamat berkarya."
Terima kasih, Gustina.
Tak sangka kita memiliki rasa kehilangan yang sama untuk sebuah toko buku.Bagaimana sobat-sobat lainnya ?
Wonogiri, 6/12/2011
Tutup karena apa Pak?
BalasHapusTerima kasih, Mas Maryulisman, yang sudah berbaik hati mampir di blog ini. Jaringan toko buku Borders ini memang diambang kebangkrutan. Ada ratusan outlet di seluruh dunia, telah ditutup. Kita tahu penyebab utamanya : Internet.
BalasHapusAda info tambahan berikut, semoga ada manfaatnya.
Salam hangat.
Tautan :
http://www.huffingtonpost.com/2011/02/18/borders-bankruptcy_n_825091.html
http://www.thejakartaglobe.com/business/why-did-borders-books-fail-in-spore/462177