Oleh : Bambang Haryanto
Email : jip80fsui (at) gmail.com
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Pukul 18.45, Rabu 16 Mei 2012,
telah pulang keharibaanNya Allah SWT guru kita Soenarti Soebadio (foto,85 th) di RS MMC Jakarta.
Mari kita bacakan Alfatihah sembari berdoa semoga amal ibadah beliau diterima dan kesalahannya dimaafkan. Amin.
Zulfikar Zen
JIP-FSUI
PS : Tolong beritahu teman2 alumni JIP-FSUI."
Itu tadi sms yang saya terima dari rekan saya Bakhuri Jamaluddin, Rabu, 16 Mei 2012, jam 21.25.21.
Song of Joy. Ketika saya menjadi mahasiswa JIP-FSUI, Ibu Soenarti menjabat sebagai Sekretaris Jurusan. Ketua Jurusan dijabat oleh Ibu Lily K. Somadikarta. Ibu Soenarti sendiri mengajar mata kuliah Bahan Referensi Umum. Asistennya, mBak Siti "Ining" Sumarningsih.
Mungkin karena sedikit banyak saya memiliki gen suka menulis, maka mata kuliah beliau tersebut menjadi salah satu favorit saya. Pengetahuan tentang pelbagai jenis sumber informasi, tentu saja masih saja sangat berguna puluhan tahun sesudah saya lulus.
Bisa dikatakan ia sudah menjadi "alat hidup" yang terintegrasi dalam diri saya guna menghasilkan karya-karya kreatif. Bahkan mungkin ini pula satu-satunya warisan kuliah yang tetap relevan dalam hidup saya sampai kini.
Salah satu kenangan yang melintas di benak saya adalah Ibu Soenarti pernah bertanya kepada seluruh kelas tentang nomor simfoninya Beethoven tetapi disajikan secara pop. Saya tunjuk jari. "Song of Joy" dan dinyanyikan Miguel Rios," jawab saya.
Reaksi lanjutan dari beliau tak terduga. "Sekarang Sdr. Bambang," lanjut beliau, "silakan untuk menyanyikan lagu itu bagi kita semua." Saya mati kutu. Saya angkat tangan.Saya tidak bisa menyanyi.
Desertir Perancis. Peristiwa lain, adalah saat saya, Sri Mulungsih dan Zul Herman, sama-sama kasak-kusuk, karena sama-sama takut bila nanti dipanggil oleh Ibu Soenarti. Sebagai sekretaris jurusan beliau mengetahui seluk-beluk data perkuliahan mahasiswa.
Kami bertiga saat itu diam-diam melakukan "desersi," membelot dari mata kuliah bahasa sumber, yaitu Bahasa Perancis, yang diampu oleh almarhumah Ibu Nurul Oetomo. Karena merasa kesulitan,setelah hanya mengikuti kuliah sekitar tiga bulan, kami berhenti diam-diam. Dampaknya, kami takut akan diinterogasi oleh Ibu Soenarti terkait tindak indisipliner kami ini.
Syukurlah, ada solusi. Sri Mulungsih tetap mengikuti mata kuliah itu. Saya dan Zul Herman, walau rugi waktu, pindah untuk mengikuti Bahasa Belanda.
Di kelas ini pula saya mengenal mahasiswi anggun dari Sastra Inggris, Siti Rabyah Parvati, yang putri pahlawan nasional Sutan Sjahrir. Saya suka duduk dibelakangnya, sehingga bisa minta bantuan saat kuis/tes berlangsung.
Perang Malvinas. Dalam kenangan saya juga terlintas saat saya mau memilih spesialisasi kajian tentang perpustakaan. Saya memilih perpustakaan khusus. Kuliahnya di PDII-LIPI, pengajarnya Bapak Blasius Sudarsono. Teman kuliah saya antara lain lain Bakhuri Jamaluddin, Djuhar (almarhum), Gemuru Ritonga, Gustina Sofia, Uhum Lantang Siagian (almarhum) dan Zul Herman. Itu teman-teman yang bisa saya ingat.
Tetapi saat itu, dalam berkonsultasi, Ibu Soenarti menganjurkan saya untuk memilih perpustakaan umum. Beliau merujuk riwayat hidup saya yang pernah memimpin sanggar melukis anak-anak dan menyukai bacaan anak-anak. Untuk yang terakhir ini nampaknya saya telah beliau plot untuk menjadi asisten Bapak Sunindyo, pengajar mata kuliah Bacaan Anak.
Yang terjadi kemudian saya justru menjadi asisten mahasiswa untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Perpustakaan membantu Bapak Achmad Royani ("kami suka mengobrol masalah persenjataan mutakhir, karena di tahun 1982 meletus Perang Malvinas"). Tetapi yang lebih lama, adalah menjadi asisten mata kuliah Media Teknologi, membantu Bapak Karmidi Martoatmodjo (almarhum).
Interaksi saya dengan Ibu Soenarti, juga dengan Ibu Somadikarta dan Ibu Rusina Syahrial-Pamoentjak (foto bawah), terjalin lebih dekat ketika bersama mBak Ining pula, kami mengadakan tur ke Undip Semarang. Cerita komplitnya di : sini.
Keterangan foto (ki-ka) : Ibu Rusina Syahrial-Pamoentjak (wafat 28 September 2010), Ibu Soenarti Soebadio (wafat 16 Mei 2012) dan Ibu Lily K. Somadikarta (wafat 18 April 2009).
Ketiganya saya potret bulan Oktober 1982, menjelang peringatan 30 Tahun Pendidikan Perpustakaan Indonesia di mana foto-foto para pengajar sejak tahun 1950-an dipamerkan. Kini beliau bertiga semoga senantiasa sejahtera disisiNya.
Lini Ashdown, putri Ibu Lily K. Somadikarta, yang bermukim di Inggris menulis komentar di Facebook terkait berita duka ini : "May she rest in peace. Lihat
foto mereka bertiga saya hanya ingat kalau mereka cas cis cus pakai
bahasa Belanda.
Makanya tadi waktu Bapak sms saya memberitahu Bu Narti
meninggal saya langsung berpikir, habislah generasi itu. Waktu saya
mengatakan ke suami: The end of Mama's generation, dia langsung tanya:
Ada yang meninggal?"
Kabar dari Zul Herman, jenazah Ibu Soenarti Soebadio disemayamkan di rumah duka Jl. Siaga 2 No. 43, Pejaten, Pasar Minggu. Beliau akan dimakamkan Hari Kamis, 17 Mei 2012, setelah Zuhur, di Karet Bivak.
Selamat jalan, Ibu Soenarti Soebadio.
Wonogiri, 17 Mei 2012