Email : jip80fsui (at) gmail.com
Tanggal bersejarah. Samuel P. Huntington, ilmuwan politik AS yang terkenal dengan tesis benturan peradaban, lahir 18 April 1927. Komedian sohor AS,Conan O'Brien, lahir 18 April 1963. Pesepakbola asal Swedia, Stefan Schwarz, lahir pada tanggal yang sama di tahun 1969.
Ahli botani Inggris, Erasmus Darwin, wafat pada tanggal 18 April 1802. Albert Einstein, wafat 18 April 1955. Thor Heyerdahl, penjelajah Norwegia yang terkenal dengan perahu “Ra”-nya, wafat pada tanggal yang sama, tahun 2002.
Dunia pendidikan ilmu perpustakaan Indonesia, pada tanggal yang sama di tahun 2009, telah kehilangan salah satu tokohnya yang terkemuka. Ibu Lily Koeshartini Somadikarta (foto), telah menghadap Sang Khalik. Beliau dimakamkan di Pemakaman Umum Blender, Kebon Pedes, Bogor.
Catatan kenangan. Melalui bantuan Google, saya bisa menemukan beberapa catatan menarik. Yang tidak saya temui via Internet, tetapi berdasar cerita dari putrinya mBak Lini Ashdown yang tinggal di Inggris, ada hal yang mengejutkan bagi saya.
Ternyata Ibu Soma itu menyukai sepakbola. Bahkan mBak Lini cerita, beliau sampai rela bangun dini hari untuk menonton tayangan pertandingan sepakbola di televisi. Umpama informasi ini saya ketahui saat saya menjadi mahasiswa beliau di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (saat itu) di tahun 1980, pasti beliau akan saya ajak mengobrol tentang permainan si kulit bundar tersebut.
Reuni Tiga Generasi. Dalam acara reuni Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI 2008 nampak dari kiri Hartadi Wibowo (mahasiswa angkatan masuk 1980), putrinya Tyas "Yaz" Anggraeni yang juga mahasiswa JIP, Ibu Lily K. Somadikarta dan rekan seangkatan Hartadi Wibowo, Rizal Saiful-haq. Rizal ini mengikuti jejak Ibu Soma sebagai pengajar dan ketua jurusan Ilmu Perpustakaan di UIN Jakarta.
Memutar kenangan tentang beliau, antara lain tersaji laporan gegap gempita :-) tentang kegiatan mahasiswa JIP-FSUI pada bulan Juni 2006 ketika menyelenggarakan pesta untuk merayakan hari ulang tahun Ibu Soma (1/6/1926) dan Ibu Soenarti Soebadio.
Sebelumnya, di tahun 2003, mahasiswi JIP-FSUI Rosmi Julitasari dengan bimbingan Putu Laxman Pendit telah menulis skripsi berjudul Pemikiran Lily K. Somadikarta : Pendidikan dan Ilmuwan Di Bidang Ilmu Perpustakaan. Ketika Ibu Soma wafat, penulis yang sama dan dikabarkan sedang menulis biografi Ibu Soma telah menuliskan obituari yang menyentuh.
Judulnya : Mengenang Lily K. Somadikarta: Perintis Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia. Rosmi Julitasari mengakhiri tulisan panjang yang mencakup sejarah perjalanan karier Ibu Soma itu dengan doa :
”Selamat jalan, Ibu Lily K. Somadikarta. Saya yakin Ibu akan damai di sana, karena para malaikat pasti bergegap gempita menyambut umat Tuhan seperti Ibu, yang telah menanamkan ilmu di pemikiran banyak orang yang telah Ibu didik.”
“Istri saya, itu orang yang paling terdekat,” demikian Profesor Soekarja Somadikarta, suami Ibu Soma, ketika diwawancarai oleh wartawan Radio BBC Siaran Indonesia Heyder Affan, 30/11/2011 (Audio). Saat itu Bapak Soma baru saja memperoleh penghargaan Habibie Award 2011 atas dedikasinya pada bidang ilmu dasar.
Dan tatkala istrinya meninggal dunia, Somadikarta merasa kehilangan. Dia mengaku 'sakit' kalau teringat sosok sang mendiang.
“Tapi itu takdir,” imbuhnya cepat-cepat, dengan nada bergetar.
“Saya bersujud kepada Tuhan... Itu takdir, ndak bisa diapa-apakan”.
Profesor Soma mengaku almarhumah istrinya berperan besar atas perjalanan hidupnya.
Selama 54 tahun mengarungi hidup bersama (dan dikaruniai dua orang anak), membuat Soma dan pasangan hidupnya itu saling mengenal. Berulangkali ditinggal untuk kepentingan akademis (yang bisa menghabiskan 3 atau 4 bulan), menurut sang profesor, istrinya bisa menerima kenyataan seperti itu.
“Istri saya begitu menghargai....Itu yang tidak bisa saya melupakan,” katanya, lirih.
Peristirahatan abadi. Di lingkup rindang pohon besar, terletak makam Ibu Somadikarta, yang dijadikan satu dengan putra beliau, Dedi A. Somadikarta yang mendahului menghadap Sang Khalik tanggal 18 Januari 1985.
Dalam blog saya. Sebagai mahasiswa beliau, sungguh suatu kehormatan ketika saya memperoleh kepercayaan dari beliau dan juga dari jurusan untuk hal-hal tertentu. Ketika jurusan akan melakukan pembelian sarana fotografi, saya mendapat tugas untuk mendaftar kamera, lensa dan sarana penunjang lainnya yang pantas untuk dibeli.
Belum lagi pengalaman menarik di bulan Maret 1984 ketika menyertai Ibu Soma, Ibu Soenarti Soebadio, Ibu Rusina Syahrial-Pamoentjak dan mBak Siti “Ining” Sumarningsih, untuk tur menjadi nara sumber dalam seminar di Perpustakaan Universitas Diponegoro di Semarang. Lengkapnya :
Tanggal 10 dan 11 Desember 2011, dengan bantuan informasi dan panduan dari mBak Lini dan Bapak Soma, saya akhirnya dapat berziarah ke makam Ibu Somadikarta. Hari pertama, saya membawa kamera digital yang layar LCD-nya sudah rusak. Hasil fotonya, tidak memuaskan. Saat itu saya dipandu oleh juru kunci, yaitu Andri (No. HP-nya : 087711144692).
Esoknya, saya dapat pinjaman kamera yang lebih “waras” milik adik saya yang wartawan Tabloid BOLA, Broto Happy W. dan sebagai warga Bogor, saya bisa memotret lebih baik.Ada rasa kelegaan bisa mendoakan beliau. Semoga Ibu Somadikarta senantiasa sejahtera di sisiNya.
Ketika mengetik tulisan ini saya mengirimkan SMS kepada Bapak Somadikarta. Beliau menjawab : "Sdr Bambang yang baik, banyak tks utk sms dan doa'nya utk Ibu. Kami br dr makam Ibu. Lini dg teman2nya sekarang sedang ke makam teman dekatnya di luar Bogor. Salam hangat jg dr Lini, dan smg Anda trs produktif menulis, SS." (18/4/2018 : 10.43.30).
Terima kasih kembali, Bapak Soma.
Wonogiri, 18/4/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar