Kamis, 25 November 2010

Boorstin, Anez, Cinta Buku Kaum Pustakawan

Oleh : Bambang Haryanto
Email : jip80fsui (at) gmail.com


"Teknologi mendekatkan yang jauh.
Tetapi juga menjauhkan yang dekat."

Pencetus ucapan ini pernah berkunjung ke Rawamangun. Kampus Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kalau tak salah sekitar tahun 1985.

Daniel J. Boorstin.
Pustakawan dari Library of Congress, Amerika Serikat.

Saya tidak mengikuti pertemuan itu. Tetapi hanya membacanya dari surat kabar Kompas. Saat itu di jurusan, seingat saya, juga tidak muncul umyung atau tersebarnya kicau-kicau kehebohan terkait dengan kunjungan pustakawan istimewa itu.

Toh saat itu saya merasa dekat dengan beliau. Dirujuk dari iklan-iklan klub buku di majalah-majalah favorit saya seperti The Atlantic Monthly, Discover, Omni, Popular Science sampai Science Digest yang saya baca-baca dan pinjam dari perpustakaan Lembaga Indonesia Amerika (LIA), lalu terantuk dengan salah satu buku karya Daniel J. Boorstin. Buku itu, ajaibnya pula, akhirnya bisa saya pinjam dari perpustakaan PDII-LIPI pada saat-saat itu pula.

Tahun 1985-an itu, minat bacaan saya terkait beragam majalah di atas adalah kuatnya bius kontroversi terkait Perang Bintang, program SDI (Strategic Defence Initiative)-nya Presiden Reagan yang dicanangkan tahun 1983. Yaitu upaya AS menempatkan senjata laser di satelit untuk mencegat dan menghancurkan serangan peluru kendali dari Uni Sovyet. Nama-nama ilmuwan nuklir AS yang ngetop dan terlibat dalam pembicaraan antara lain Edward Teller sampai Hans Bethe.

Tahun-tahun sebelumnya, perang di kepulauan Falklands, perang Malvinas, membuat saya mabuk fotokopi. Kebetulan di seberang tempat kos saya, yaitu di kios fotokopi yang menyatu dengan Apotik Rini, Jl. Balai Pustaka Timur, juga dipajang majalah TIME terbaru. Majalahnya tidak laku, tetapi kios fotokopinya memperoleh penghasilan dari jasa menfotokopi majalah tersebut.

Obrolan mengenai beragam persenjataan perang yang dipakai di wilayah Argentina itu, ternyata juga menarik bagi Pak Ahmad Royani. Jadi di ruang perpustakaan JIP, kami malah asyik saling mengobrolkan tentang senjata. Sayang di koleksi perpustakaan jurusan itu sepertinya tak ada buku-buku referensi terbitan Jane's, yang khusus melaporkan beragam jenis persenjataan mutakhir.

Sampai-sampai senior saya, Bambang Sutejo dari LAPAN-RI yang angkatan 1979, nampak terheran-heran. Ia seangkatan dengan Indira Saraswati, Juliana Surya, Julian E. Warsol, Masykur Irsyam, Pranajaya,Suwarto sampai Yusye Milawati.

Antara lain karena Bambang Sutejo merasa tak bisa nyambung dengan materi obrolan seorang dosen yang lemah lembut dengan mahasiswanya yang berprofil urakan mengenai topik yang begitu esoterik itu.

Kembali ke Boorstin. Bukunya yang berkisah mengenai perjuangan para hero dan pionir ilmu pengetahuan.


[Cerita akan berlanjut]

Wonogiri, 26 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar